Indonesia
merupakan Negara yang warga Negara atau masyarakatnya menganut 6 agama,
diantaranya : Agama Islam dengan mayoritas paling tinggi, Agama Kristen
Protestan dan Katolik, Agama Budha, Agama Konghucu, dan Agama Hindu. Setiap agama memiliki hari besar
masing-masing. Agama Islam dengan Hari Raya Idul Fitri-nya, Agama Kristen
dengan Hari Raya Natal, Agama Budha dengan Hari Raya Waisak, Agama Kong Hu Cu
dengan Tahun Baru Imlek, dan Agama Hindu dengan Hari Raya Galungan dan
Kuningan.
Agama
Hindu yang mayoritas dianut oleh masyarakat Bali memiliki banyak sekali hari
raya besar, diantaranya :
- Setiap
15 hari sekali : Purnama, Tilem.
- Setiap
6 bulan sekali : Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi.
- Setiap
1 tahun sekali : Nyepi, Siwaratri.
Di
tulisan kali ini saya akan membahas tentang Hari Raya Galungan. Hari Raya
Galungan itu sendiri diartikan sebagai
kemenangan Dharma melawan Adharma. Hari Raya Galungan yang biasanya dirayakan
setiap 6 bulan sekali, tepatnya setiap Budha Kliwon Dungulan. Hari Raya Galungan
memiliki rangkaian upacara sendiri, yaitu :
1. Tumpek
Wariga atau Tumpek Pengarah yang jatuh 25 hari sebelum Galungan, dimana pada
saat ini memuja Sng Hyang Sangkara, Dewa Kemakmuran dan Keselamatan
Tumbuh-tumbuhan.
2. Sugihan
Jawa yang memiliki makna pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada
di lur diri manusia (Bhuana Agung).
3. Sugihan
Bali yang memiliki makna penyucian diri sendiri (Bhuana Alit).
4. Hari
Penyekeban yang memiliki makna filosofis untuk “nyekeb indriya” yang berarti
mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
5. Hari
Penampahan jatuh sehari sebelum hari raya Galungan. Pada hari ini umat
disibukkan dengan pembutan penjor sebagai ungkapan syukur kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Selain itu umat juga menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan
sebagai pelengkap upacara.
6. Hari
Raya Galungan.
7. Hari
Umanis Galungan dimana umat akan melaksanakan pesembahyangan an dilanjutkan
Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
8. Ulihan
memiliki arti bahwa hari kembalinya para dewata/dewati/leluhur ke kahyangan
dengan meninggalkan berkat dan anugerah panjang umur.
9. Hari
Raya Kuningan.
Di
desa saya, Desa Pedawa terdapat beberapa hal yang unik yang tidak dilakukan di
desa lainnya, yaitu :
1. Pembuatan
tubungan (daun sirih) sebagai sarana banten
Tubungan terbuat dari daun sirih, namun tubungan di
Desa Pedawa berbeda dengan desa lainnya, karena lebih banyak menggunakan daun
sirih dan bentuk tubungannya berbeda. Tubungan ini terbuat dari 3 batang daun
sirih dengan pucuk, dan 5 daun sirih tanpa pucuk. Tubungan digunakan sebagai
sarana persembahyangan sesuai tradisi yang sudah turun menurun di lakukan di
Desa Pedawa. Biasanya tubungan digunakan di canang daksina baas pipis, tubungan
ini dibuat untuk sarana dalam melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, di Desa Pedawa kalau akan melaksanakan acara-acara tertentu dan
memperingati hari-hari besar, kita wajib membuatnya 3 hari sebelum acara
tersebut berlangsung, hal ini bertujuan untuk memberitahukan tentang acara yang
akan dilaksankan serta memohon keselamatan dan kelancaran kepada leluhur.
Tubungan ini diaturkan di pelangkiran, namun di Pedawa namanya Pemenekan Base.
Proses pembuatan Tubung