Kamis, 15 Juni 2017

Knowledge Sharing and Tacit Knowledge



Tacit knowledge adalah sebuah konsep yang menggambarkan jenis pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang bersifat khas. Sebagaimana sudah kita kenal dalam berbagai sumber tekstual tercetak maupun elektronik, tacit knowledge berarti pengetahuan tersirat, pengetahuan terbatinkan, atau pengetahuan yang masih dalam bentuk ide tersembunyi pada diri seseorang dan belum dikodifikasikan, belum diartikulasikan, bahkan belum didokumentasikan. Ia ada dalam konteks knowledge management (manajemen pengetahuan). Untuk memahaminya diperlukan penelusuran dan pemahaman akan konsep manajemen secara komprehensif. Seperti apa dan dalam konteks yang bagaimana tacit knowledge dimaksud, serta segala aspek yang terkait dengan konsep ini, juga implementasinya dalam berbagai situasi sosial, termasuk situasi pendidikan, komunikasi, itu juga termasuk ke dalam tema yang menarik untuk dikaji lebih jauh. Dari ranah manajemen pengetahuan ini penulis ingin mengawali tulusinnya khusus untuk bab ini.
Selanjutnya, untuk memahami konsep manajemen pengetahuan, diperlukan pemahaman akan konsep manajemen secara komprehensif, dan untuk memahami apa itu manajemen, ada baiknya penulis lihat dari berbagai sumber tentang pengertian, batasan, konsep, ruang lingkup, dan konteks tentang manajemen serta leksikon dan implementatif. Hal ini penulis lakukan untuk lebih memahami konsep manajemen dalam berbagai konteks dan aplikasinya.
Selama ini kita sudah banyak sekali mendengar istilah manajemen dari teman, guru, dosen, kolega, atau dari sumber bacaan tekstual dan elektronik. Di lingkungan pendidikan tinggi, misalnya, istilah manajemen tidak asing bagi hampir semua civitas akademikanya.
Manajemen bisa diartikan secara berbeda oleh orang yang berbeda, terutama berbeda dalam sudut pandangnya., bidang keahliannya, atau mungkin kepentingannya. Nama-nama kajian manajemen pun bisa berbeda-beda dalam struktur dan nama organisasi penyelenggaranya, misalnya untuk nama program studi di perguruan tinggi, ada manajemen umum, manajemen sumber daya informasi, manajemen informatika, manajemen sistem informasi, manajemen pendidikan, manajemen perpustakaan, manajemen komunikasi, dan masih banyak lagi nama-nama yang melibatkan istilah manajemen. Lantas, apa itu manajemen ? Kita lihat beragam pengertian di bawah ini.
Menurut kamus Microsoft Encarta 2009, istilah manajemen, dari kata management (dari bahasa Inggris), memiliki beberapa makna yakni :
-          Administration of business, yakni pengorganisasian dan pengontrolan mengenai urusan bisnis atau bagian dari bisnis.
-          Managers as group, yakni kolektivitas manajer dan pegawai (pekerja), terutama sekali jajaran para direktur dan eksekutif dari suatu perusahaan atau organisasi.
-          Handling of something successfully, yakni menangani suatu urusan dengan berhasil, termasuk mengendalikan sesuatu dengan berhasil.
-          Skill in handling or using something, yakni keahlian menangani (mengelola) atau memanfaatkan sumber daya tertentu.
Dari keempat pengertian manajemen diatas, semuanya masih tergolong sangat umum, yakni seputar administrasi bisnis, hubungan kolektivitas manajer dan pegawainya, menangani suatu urusan dengan berhasil, dan adanya keahlian dalam menangani urusan dan bisnis dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Di lingkungan awam pun pengertian manajemen tidak jauh berbeda dengan konsep denotatif tersebut. Orang kebanyakan mengenal istilah manajemen dengan padanan pengelolaan urusan. Dengan konsep seperti itu maka apa pun bisa diurus, apa pun bisa dikelola, dan apa pun bisa diatur dan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu, termasuk untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan.
Manajemen adalah seni mengelola sumber daya yang tersedia, misalnya orang, barang, uang, pikiran, ide, data, informasi, infrastruktur, dan sumber daya lain yang ada di dalam kekuasaannya untuk dimanfaatkan secara optimal guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Memang yang namanya mengelola atau dalam bahasa sempitnya adalah mengurus sesuatu, haruslah semua hal yang bisa ditanganinya. Diibaratkan kita mengelola rumah tangga, maka masing-masing dari kita, apakah sebagai kepala rumah tangga, atau bagi Anda yang perempuan tentu ibu rumah tangga, anak, pembantu, dan orang lain yang mungkin ada di lingkungan rumah tangga kita, semuanya memiliki peran dan andil dalam pengelolaan rumah tangga secara keseluruhan, meskipun dalam porsi yang berbeda. Sebagai kepala rumah tangga, sang suami bertanggung jawab secara keseluruhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan umum kerumahtanggan. Sementara istri sebagai ibu rumah tangga, adalah seorang manajer dalam rumah tangga yang bersangkutan. Ia bertanggung jawab dalam hal-hal yang bersifat internal rumah tangga. Dalam kondisi tertentu, bisa saja peran-peran ini saling mengisi, karena pada pelaksanaannya biasanya di dalam rumah tangga terjadi komunikasi keluarga yang bisa digunakan untuk membangun keseimbangan dan keharmonisan bersama dalam menuju keberhasilan rumah tangga secara keseluruhan.
Seorang ahli teori dalam manajemen klasik, namun masih terkenal hingga saat ini adalah Henry Fayol (1841-1925), ia mencoba mengembangkan teorinya tentang manajemen yang terkenal dan hingga sekarang tampak masih relevan, karena memang teori dimaksud sangat kontekstual. Ia mengembangkan teorinya sedemikian rupa sehingga sebagai seorang manajer (direktur) di perusahaannya yang bergerak di bidang pertambangan dan metalurgi di Prancis, bisa diaplikasikan pada organisasi lain tanpa mengabaikan sifat dan besar kecilnya organisasi dimaksud. Ia mengusulkan lima unsur pokok dalam kegiatan manajerial dan organisasi, yakni : Forecasting and Planning, Organizing, Commanding, Coordinating dan Controlling (Encarta Encylopedia, 2009). Dan, hebatnya ide Fayol ini masih berpengaruh hingga sekarang.
Dari teori klasiknya Fayol ini sekarang sudah berkembang menjadi banyak elemen yang bervariasi, baik dalam konteks maupun penamaannya. Sebut saja misalnya POAC ( Planning, Organizing, Actuating, Controlling), POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting), yang sebagian sudah disampaikan pada bab pendahuluan. Konsep manajemen sekarang sudah semakin kompleks seiring dengan perkembangan bisnis dan organisasi. Di dalam teori manajemen industri, misalnya dikenal dua aspek utama dalam organisasi, yakni: (1) Aspek yang berkitan dengan garis kepemimpinan, garis komando, atau garis pertanggungjawaban, yang dalam struktur organisasi dikenal dengan jajaran eksekutif, yang biasanya dari presiden direktur hingga pimpinan-pimpinan eksekutif di bawahnya. (2)Aspek yang berkaitan dengan pengembangan staf pada masing-masing kualifikasi eksekutifnya (Encarta Encyclopdia, 2009).
Sekarang bahkan sudah banyak sekali model atau teori tentang manajemen, misalnya seperti yang digagas oleh W. Edward Deming, seorang yang berkewarganegaraan Amerika yang kemudian dikembangkan di Jepang, dengan nama yang terkenal hingga sekarang yakni, TQM (Total Quality Management). TQM adalah pandangan filsafat tentang manajemen yang berfokus pada kekonstanan kualitas sesuai dengan arah kebutuhan konsumen, yang secara terus-menerus melakukan pemantauan pula dengan bantuan perhitungan statistik, tepat, dan terukur (Mistry, V. and Usherwood, R.C., 2000). TQM berarti juga sebagai pandangan filsafat dan metodologi dalam manajemen, yang bisa membantu lembaga atau organisasi menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal terkait dengan produk dan layanan organisasi (Sallis, Edwar, 2002).
Manajemen berbasis mutu kata sebagian kalangan. Segala sesuatunya didasarkan kepada orientasi kualitas, baik dalam memproduksi barang, jasa, atau kinerja manajemen itu sendiri. Manajemen yang sudah menetapkan TQM ini biasanya menggunakan standar-standar tertentu dalam kegiatannya. Untuk jasa layanan kepada pelanggan, misalnya, maka manajemen menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM), Standard Operating Procedure (SOP), dan sebagainya.
Terkait dengan manajemen berbasis mutu tadi, muncul ide tentang manajemen sistematik yang berbasis pengetahuan, manajemen pengetahuan (knowledge management). Manajemen pengetahuan ini merupakan respons dari membludaknya informasi dan sebagai realisasi bahwa mutu (kualitas) dan pengetahuan secara bersama-sama merupakan kekuatan kunci di balik kesuksesan organisasi (Sallis, 2002:80). Terminologi knowledge management atau manajemen pengetahuan itu sendiri bisa diaplikasikan dalam berbagai bidang, mulai dari bidang teknologi baru hingga meluas ke ranah modal intelektual dalam organisasi. Bahkan dunia ilmu informasi dan perpustakaan pun, secara elektik mengadopsi teorinya untuk memperkaya wawasan ilmu ini, termasuk implementasinya pada ranah praktik di perpustakaan-perpustakaan modern yang berbasis teknologi informasi. Digital library, electronik library, virtual library, dan beragam nama perpustakaan berbasis web, adalah model perpustakaan yang sudah mengadopsi penggunaan teori manajemen pengetahuan.
Dalam buku Total Quality Management in Education, Sallis (2002) mengemukakan bahwa banyak akibat yang ditimbulkan oleh suatu organisasi yang mengabaikan atau tidak menggunakan pengetahuan sebagai basis manajemennya, yang oleh penulis sudah diinterpretasikan secara hipotetik, antara lain sebagai berikut :
-          Loss of expertise : organisasi akan kehilangan pengetahuan yang berasal dari para ahli di bidangnya. Tidak ada tenaga terdidik yang cekatan dalam mengelola organisasi, atau setidaknya ada pemubaziran pengetahuan yang sebenarnya sangat menentukan perkembangan organisasi dalam menghadapi tantangan zaman.
-          Loss or missed opportunities : organisasi akan kehilangan peluang untuk berkompetisi dengan organisasi sejenis, karena sudah barang tentu organisasi lain yang berbasis pengetahuan akan lebih mampu mendapatkan peluang bisnis yang lebih baik. Organisasi dengan tenaga ahli yang unggul, akan lebih berpeluang untuk tetap unggul dalam kancah persaingan bebas.
-          Having to reinvent the wheel : organisasi tidak akan memiliki kemampuan untuk memutar kembali roda kehidupan organisasi dan bisnisnya secara lebih baik dengan cara antara lain melakukan investasi ulang pada sektor sejenis, menghidupkan kembali organisasi dari kegagalan yang pernah dialami, dan mengulang sukses program organisasi pada sektor bisnis yang lain, namun masih dalam konteks bisnis inti organisasi yang bersangkutan. Sebaliknya, dengan banyaknya tenaga ahli yang memiliki pengetahuan yang unggul di bidang tertentu, organisasi akan bisa bangkit dari keterpurukan yang mungkin pernah dialaminya.
-          Loss of knowledge of best practices : organisasi akan kehilangan pengetahuan praktik terbaiknya. Meskipun misalnya di dalam organisasi ada banyak tenaga ahli di bidangnya, namun jika manajemen tidak membasiskan diri pada aspek pengetahuan sebagai modal intelektual untuk pengembangan, organisasi akan kehilangan kemampuan praktik terbaiknya dalam kancah persaingan yang semakn kompleks.
-          Loss of learning opportunities : organisasi akan kehilangan peluang untuk belajar, baik secara personal maupun secara  kolektif organisasional. Untuk apa mendidik para stafnya, toh yang dibutuhkan oleh organisasi adalah tenaga yang bisa bekerja secara rajin, bisa mengoperasikan computer, bisa membuat laporan secara rutin, dan yang paling penting adalah bahwa setiap tenaga atau karyawan dalam organisasi dianggap sebagai factor produksi. Mereka pun tidak perlu dikirim untuk belajar lagi pada jenjang yang lebih tinggi, baik formal ataupun yang informal. Setiap tenaga yang baru masuk sebagai bagian dari sistem organisasi, dia tetap diakui keahliannya pada bidang asal awal masuknya, tidak pernah berubah dan tidak perlu sekolah lagi. Organisasi yang tidak pernah membelajarkan karyawannya, identik dengan organisasi yang tidak belajar dari kehidupan. Ibarat seseorang yang sudah lulus sarjana strata satu (S1) dan bekerja pada suatu lembaga, namun tidak pernah berusaha atau diberi kesempatan untuk belajar lagi meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya, maka pengetahuan yang dimilikinya akan relative ‘mandeg’ (stagnant).
-          Damage to key stakeholder relationships : organisasi yang tidak mengembangkan pengetahuannya pada praktik jangka panjang akan merusak hubungan dan pemangku kepentingan. Contoh kasus di perguruan tinggi, masyarakat pengguna lembaga pendidikan tinggi akan meninggalkan perguruan tinggi yang tidak mau mengembangkan organisasinya ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang. Untuk jenis organisasi komersial pun seperti itu. Sebagai pengguna atau konsumen suatu produk tertentu, kita akan memilih produk atau jasa dari lembaga atau organisasi yang lebih baik. Sebagai orang tua, kita pun akan memilih perguruan tinggi yang unggul untuk sekolah anak-anak kita, contohnya.
-          Reductions in the quality of future knowledge : kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi akan semakin memudar atau menyusut pada waktu yang akan datang, jika tidak mengembangkan organisasinya secara berbasis pengetahuan sebagai modal intelektual. Organisasi akan ketinggalan dalam banyak aspeknya jika tidak menggunakan pengetahuan sebagai basis opererasional dan manajemennya. Ini artinya hanya organisasi yang memiliki kemauan mengembangkan organisasinya melalui pembelajaran organisasi yang mampu bertahan hidup di masa yang akan datang, sebab hanya mereka yang terus belajarlah yang sanggup bertahan hidup dalam persaingan hidup yang kompleks seperti sekarang ini. Belajar memang wajib bagi semua orang, mulai dari di dalam kandungan sang ibu, hingga liang lahat mengasuhnya (Hadis).
-          Damage to the organization’s culture and social capital : budaya organisasi dan modal sosial akan rusak jika organisasi mengabaikan pengetahuan sebagai basis manajemennya. Budaya organisasi dalam konteks ini maksudnya adalah bentuk-bentuk atau hasil dari proses interaksi antar kelompok yang menghasilkan hubungan saling memahami di antara kelompok tadi, (Borgatta, Edgar F., dan Rondha JV Montgomery, 2000:2002), dan kondisi ini sudah membiasa dalam bentuk kegiatan sehari-hari. Sedangkan modal sosial dimaksudkan sebagai modal yang dibentuk atau diciptakan dari hubungan sosial dan struktur jaringannya. Modal social bisa dimobilisasi untuk memfasilitasi kegiatan individu dan organisasi. Modal social lebih mengarah kepada penanggapan kepada asset-aset jaringan social, hubungan antar struktur sosial , dan hubungan sosial lain yang melibatkan orang dan organisasi social lainnya (Brooks, Terrence A., 2003). Baik budaya organisasi maupun modal social keduanya merupakan asset organisasi yang menonjol pada kehidupan organisasi yang mendudukkan pengetahuan sebagai basis manajemennya.
-          The danger that other organizations will capitalize on ideas that were once their own because they could not harness their knowledge better : Bahayanya adalah bahwa oganisasi-organisasi lain akan memanfaatkan ide-ide yang pernah mereka sendiri gagaskan karena mereka tidak bisa memanfaatkan pengetahuan mereka dengan baik (Sallis, 2002: 81). Kira-kira maknanya adalah jika organisasi lain mendahului menggunakan ide-ide kreatifnya untuk mengembangkan organisasi dan bisnis mereka, sementara organisasi kita baru berpikir kea rah itu.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori-teori yang berkembang dalam dunia manajemen antara lain adalah Balanced Scorecard (BSC) yang dicetuskan oleh Robert. S Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 berjudul “Balanced Scorecard-Measures that Drive Perfomance”, disingkat BCS. BCS merupakan sistem pengukuran kinerja perusahaan dilihat dari empat perspektif : finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan; dan teori spiral dinamik dengan konsep memes dan vmemes dari Don Beck, yang menjelaskan tentang kesadaran manusia seutuhnya. (Don Edward Beck, Christopher Cowan, 1996). Selain itu, teori lain juga ada seperti blue ocean strategy  ditulis oleh W. Chan Kim & Renee Mauborgne. Ide dari teori ini adalah menciptakan ruang pasar tanpa pesaing. Teori ini sangat relevan dibahas dalam manajemen, utamanya manajemen pendidikan, kepustakaan, dan perpustakaan, sebab disamping masalah mutu, kompetisi, dan kompetensi itu penting, namun masalah pemerataan juga sangat penting. Apalagi di Indonesia yang masih termasuk Negara berkembang, tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam memeratakan pendidikan, maka dunia pendidikan akan menjadi bisnis yang tidak terkendali tingkat persaingannya. Pendidikan dasar Sembilan tahun adalah salah satu wujud dari kebijakan pemerintah dan negara dalam meemeratakan pendidikan, melalui layanan-layanan kepustakaan dan perpustakaan.
Paham lain dari perkembangan teori manajemen adalah sebagai mana orang menyebutnya dengan knowledge management, yakni sebuah proses yang mengoordinasikan penggunaan informasi, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh manusia dalam suatu organisasi. Di sini ada konsep informasi yang sebenarnya memiliki dunianya sendiri, memiliki ruang lingkupnya sendiri, karena akan secara langsung melibatkan konsep data dan fakta, juga pengetahuan dan pengalaman. Informasi berasal dari data yang telah diproses sehingga dapat diinterpretasikan dan kemudian dijadikan salah satu alas an seorang pimpinan mengambil keputusan manajemen. Sementara itu, data terdiri dari angka-angka, khususnya untuk data kuantitatif, dan kata-kata (deskripsi), dan bentuk fakta lain yang mungkin tidak berarti bagi seseorang, seperti contohnya banyaknya karyawan di suatu perusahaan, banyaknya karyawan perempuan di kantor atau tempat kerja kita, dan jadwal liburan pada suatu keluarga tertentu. Informasi seperti itu, mungkin tidak berguna bagi seseorang, akan tetapi sangat berguna bagi orang tertentu yang lain, terutama yang memiliki kepentingan dengan jadwal itu.
Tambahan lagi, sekelompok data bisa juga dianggap sebagai informasi bagi seseorang. Contoh, ketika penulis membuka data statistic kependudukan dengan judul atau tema banyaknya kaum miskin di pedesaan dilihat dari kelompok usia dan jenis pekerjaan. Jika penulis hanya menginginkan hanya melihat data tentang kaum miskin kelompok perempuan usia antara 15-20 tahun yang belum menikah, misalnya, maka data dimaksud sudah bermakna informasi. Penulis sudah diberitahukan akan kelompok usia dengan kategori perempuan di kalangan keluarga miskin. Jika informasi dimaksud dianggap cukup, maka penulis tidak memerlukan informasi lainnya.
Kembali kepada konsep manajemen dan pengetahuan. Yang pertama, manajemen, ialah suatu cara untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya untuk suatu tujuan. Sedangkan pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan bisa banyak yakni bisa berupa buku, kamus, koran, majalah, e-mail, mailing list, e-book, kartu nama, dokumen tekstual dan digital, audio, visual, iklan, media massa, media cetak, dan lainnya, termasuk manusia dan organisasi. Sumber-sumber pengetahuan tersebut masih belum bisa dikatakan sebagai pengetahuan jika belum diserap atau direkam oleh manusia di dalam memorinya. Dengan demikian, pengetahuan sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang, baik langsung ataupun tidak langsung. Sedangkan pengalaman berkaitan dengan waktu jaga seseorang, bahkan ketika sedang tidur pun pengetahuan bisa hinggap pada manusia, setidaknya pengetahuan lewat mimpi.
Dengan melihat kondisi seperti itu maka pengertian manajemen pengetahuan bisa jadi berupa merencanakan, megumpulkan dan mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisis dari macam-macam sumber pengetahuan yang sudah disebutkan di atas.
Menurut forum diskusi maya yang disajikan www.km-forum.org (diakses tanggal 20 juli 2009), manajemen pengetahuan adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang. Manajemen pengetahuan bukanlah hal baru di dunia bisnis dan kelembagaan modern, ia merupakan suatu cara yang menerapkan integrasi antara teknologi dengan sumber-sumber pengetahuan dan sumber daya lainnya secara total untuk menngkatkan kinerja perusahaan, organisasi, lembaga, kelompok, bahkan perorangan.


Sumber :


Borgatta, Edgar F. dan Rondha JV Montgonert. 2000. Encyclopedia of Sociologi, Second Edition,by Edgar F. Borgatta dan Rhondha J. V. Montgomery, Macmillan Reference USA, an imprint of The Gale Group, 1633 Broadway, New York, NY 10019.

Brooks, Terrence A. 2003. “Web Search: how the Web has changed information retrieval” Information Research, 8(3) paper 161 [Available at http://InformationR.net/ir/8-3/paper154.html]. 

Don Eward Beck, Christoper Cowan, 1996. Spiral Dynamics, Blackwell Publisher Oxford.

Microsoft Encarta Encyclopedia. 2009. Microsoft Coorporation. All right reserved.

Mistry, V. and Usherwood, R. C. (2000) “Total Quality Management, British Standard accreditation, Insvestors In People and academic libraries”. Information Research, 1 (3) Available at: http://InformationR.net/ir/1-3/paper9.html

Sallis, Edward, 2002. Total Quality Management in Education. Third edition. Stylus Publishing. 22883 Quicksilver Drive, Sterling VA 20166-2012, USA, ISBN 0-203-41702-1 Master e-book ISBN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TADA SUKLA: BANTEN GALUNGAN DESA PEDAWA

                        Gambar di atas merupakan “ Tada Sukla ” salah satu s...