Kamis, 21 Desember 2017

BERITA SEKITAR: KUBU ALAM, IKON DESA TIGAWASA

Desa Tigawasa merupakan salah satu Desa Bali Aga yang terdapat di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Salah satu ikon yang ada di desa ini adalah “Kubu Alam”. Sama seperti desa-desa Baliaga lainnya Desa Tigawasa juga memiliki ikonnya sendiri. Pembuatan Kubu alam bertujuan untuk memajukan Desa Tigawasa mengingat sekarang sedang digalakkan Desa Wisata SCTPB (Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa, Banyuseri). Awalnya tempat ini dicetus oleh Gede Widarma , salah seorang yang bergelut di bidang Pariwisata semenjak 3 tahun lalu bersama empat orang rekannya. “Pak Gede Widarma ini sering membawa tamu asing, dimana sejak 2 hari sekali Beliau mendatangkan tamu sebanyak dua puluh orang turis. Awalnya Beliau dan rekan-rekannya, termasuk suami saya berkumpul biasa hingga terbersit ide untuk membuat suatu tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh remaja-remaja desa.” ungkap Amik, istri dari salah satu pendiri Kubu Alam.
Sebelum muncul ide-ide tersebut, bule-bule sudah sering berhenti di tempat dibangunnya Kubu Alam sekarang, melihat pemandangan, kemudian berfoto-foto. Pemilihan nama Kubu Alam sendiri karena bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tempat ini adalah bersumber dari alam, seperti akar, dan bambu yang diambil dari Desa Tigawasa. Desa Tigawasa sendiri terkenal dengan kerajinan yang dibuat dari bambu. Kerajinan ini dibuat oleh masyarakat sekitar.
“Saat pertama kali survei pemilihan tempat, suami saya naik ke pohon cempaka, melihat pemandangan dari atas dan melihat apa saja yang akan bisa dilihat jika membuat tempat diatas. Dan ternyata yang bisa dilihat saat cuaca bagus adalah hamparan pantai dan kebun cengkeh. Akhirnya dpilihlah lokasi ini agar tidak menyewa tempat lagi. Karena pada dasarnya kami mau dana yang dikeluarkan lebih minim dan usaha ini bisa jalan.” Tambah perempuan itu.
Dari awal pembuatan tempat, banyak bule-bule yang tidak sengaja lewat berkunjung. Pada saat itu Kubu Alam belum rampung, namun sudah mendapat respon yang bagus sekaligus membuat orang-orang tertarik dengan bangunannya. 4 orang yang merupakan pendiri Kubu Alam sendiri, Kadek Sudarmika, Sudiantika, Gede Rahma dan Kadek Su sempat ragu karena di Wanagiri sudah banyak tempat seperti Kubu Alam dengan view danau. Tetapi Gede Widarma sangat optimis mengingat view yang ditampilkan dari Kubu Alam adalah view pantai dan kebun cengkeh yang sangat bagus.
Tempat yang dibuka saat Hari Raya Galungan ini mendapat respon positif dari warga asing dan warga lokal, dilihat dari banyaknya orang yang berkunjung pada saat pembukaan, rata-rata pengunjung mencapai tiga puluh sampai empat puluh orang. Namun, keadaan akhir-akhir ini sangat sepi, mengingat erupsi Gunung Agung. Tetapi biasanya pada saat weekend, hari Sabtu dan Minggu dan jika cuaca mendukung Kubu Alam tetap ramai dikunjungi warga lokal (08/12). 
Kubu Alam sendiri menyediakan kopi robusta khas Desa Tigawasa yang biasanya disajikan dengan gula Bali khas Desa Tigawasa, seperti zaman dahulu. Namun, Kubu Alam tidak terlalu berfokus pada kuliner. Mengingat tempat yang kecil dan sempit. Pada dasarnya Kubu Alam dikonsepkan sebagai tempat selfie.
Saat ini di Kubu Alam sedang dalam proses pembuatan  tempat selfie yang berkonsep tempat pembuatan handicraft dari bambu berupa sok asi. Mengingat Desa Tigawasa adalah desa penghasil kerajinan dari bambu.  Saat tempat selfie bertema pembuatan sok asi sudah jadi, disini akan ada orang yang ahli dalam membuat sok asi untuk membantu para pengunjung jika berminat membuat ataupun membeli.
Sampai sekarang pengeluaran total yang dikeluarkan dalam pembuatan Kubu Alam ini adalah 25.000.000 – 30.000.000. Hal tersebut menyebabkan pihak pendiri membuat sistem donasi dengan mengharuskan pengunjung membayar uang sejumlah 10.000 untuk setiap pengunjung. Tujuannya adalah untuk bisa balik modal dan meneruskan pembangunan tempat selfir yang berkonsep pembuatan handicraft.

Ranggon Kubu Alam
 

Ranggon yang tingginya kurang lebih 7 meter diikat di batang pohon cempaka. Bambu yang digunakan dalam pembuatan juga bambu yang sudah tua. Karena pembuatannya baru sekitar satu bulan, keamanan dari ranggon masih sangat terjaga. Untuk selanjutnya pengecekan akan tetap dilaksanakan demi keamanan dan kenyamanan dari pengunjung. Ranggon ini bisa muat sampai 10 orang. Ranggon ini akan tahan sampai 2 tahun.
Proses Pembuatan Tempat Selfie Berkonsep Pembuatan Handicraft
            “Harapan kami kedepan semoga Kubu Alam diterima di kalangan masyarakat, terutama di kalangan anak muda yang suka selfie. Kedepannya kalau sudah diterima pasti akan ada inovasi-inovasi baru yang akan dibuat seperti tracking dan lain sebagainya.” Ungkap Amik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TADA SUKLA: BANTEN GALUNGAN DESA PEDAWA

                        Gambar di atas merupakan “ Tada Sukla ” salah satu s...