Selasa, 07 November 2017

GALUNGAN DI DESA PEDAWA



Indonesia merupakan Negara yang warga Negara atau masyarakatnya menganut 6 agama, diantaranya : Agama Islam dengan mayoritas paling tinggi, Agama Kristen Protestan dan Katolik, Agama Budha, Agama Konghucu, dan  Agama Hindu. Setiap agama memiliki hari besar masing-masing. Agama Islam dengan Hari Raya Idul Fitri-nya, Agama Kristen dengan Hari Raya Natal, Agama Budha dengan Hari Raya Waisak, Agama Kong Hu Cu dengan Tahun Baru Imlek, dan Agama Hindu dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Agama Hindu yang mayoritas dianut oleh masyarakat Bali memiliki banyak sekali hari raya besar, diantaranya :
-       Setiap 15 hari sekali : Purnama, Tilem.
-       Setiap 6 bulan sekali : Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi.
-       Setiap 1 tahun sekali : Nyepi, Siwaratri.
            Di tulisan kali ini saya akan membahas tentang Hari Raya Galungan. Hari Raya Galungan itu sendiri  diartikan sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma. Hari Raya Galungan yang biasanya dirayakan setiap 6 bulan sekali, tepatnya setiap Budha Kliwon Dungulan. Hari Raya Galungan memiliki rangkaian upacara sendiri, yaitu :
1.      Tumpek Wariga atau Tumpek Pengarah yang jatuh 25 hari sebelum Galungan, dimana pada saat ini memuja Sng Hyang Sangkara, Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.
2.      Sugihan Jawa yang memiliki makna pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di lur diri manusia (Bhuana Agung).
3.      Sugihan Bali yang memiliki makna penyucian diri sendiri (Bhuana Alit).
4.      Hari Penyekeban yang memiliki makna filosofis untuk “nyekeb indriya” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
5.      Hari Penampahan jatuh sehari sebelum hari raya Galungan. Pada hari ini umat disibukkan dengan pembutan penjor sebagai ungkapan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu umat juga menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara.
6.      Hari Raya Galungan.
7.      Hari Umanis Galungan dimana umat akan melaksanakan pesembahyangan an dilanjutkan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
8.      Ulihan memiliki arti bahwa hari kembalinya para dewata/dewati/leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugerah panjang umur.
9.      Hari Raya Kuningan.
Di desa saya, Desa Pedawa terdapat beberapa hal yang unik yang tidak dilakukan di desa lainnya, yaitu :
1.      Pembuatan tubungan (daun sirih) sebagai sarana banten
Tubungan terbuat dari daun sirih, namun tubungan di Desa Pedawa berbeda dengan desa lainnya, karena lebih banyak menggunakan daun sirih dan bentuk tubungannya berbeda. Tubungan ini terbuat dari 3 batang daun sirih dengan pucuk, dan 5 daun sirih tanpa pucuk. Tubungan digunakan sebagai sarana persembahyangan sesuai tradisi yang sudah turun menurun di lakukan di Desa Pedawa. Biasanya tubungan digunakan di canang daksina baas pipis, tubungan ini dibuat untuk sarana dalam melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, di Desa Pedawa kalau akan melaksanakan acara-acara tertentu dan memperingati hari-hari besar, kita wajib membuatnya 3 hari sebelum acara tersebut berlangsung, hal ini bertujuan untuk memberitahukan tentang acara yang akan dilaksankan serta memohon keselamatan dan kelancaran kepada leluhur. Tubungan ini diaturkan di pelangkiran, namun di Pedawa namanya Pemenekan Base.
 
Proses pembuatan Tubung

TADA SUKLA: BANTEN GALUNGAN DESA PEDAWA

                        Gambar di atas merupakan “ Tada Sukla ” salah satu s...